Tuesday, October 04, 2005

Rindu Bunda

Sehari menjelang ramadhan, bundaku tercinta berangkat ke tanah suci untuk berumroh.
Tidak seperti biasanya, kali ini mama berangkat tidak sebagai Pembimbing, tidak membawa jamaah, tidak karena diminta untuk menyertai dan memandu siapa siapa, tidak diberangkatkan oleh siapapun untuk mengurus rombongan.
Mama pergi sendiri, mendaftarkan diri dan membayar sendiri, berniyat beribadah dengan khusyu di tanah suci di bulan penuh berkah ini.
Saya mengerti sepenuhnya keinginan mama. Mengingat setelah beberapa kali perjalanan Umroh yang mama lakukan dengan tugasnya sebagai pembimbing, menuntut kesiapan mental dan fisik yang lebih besar dan berat. Tiap kali mama pulang dari tugasnya sebagai pembimbing, mama terlihat letih dan menjadi jauh lebih kurus. Mungkin karena usianya yang juga sudah cukup senja. Meski semangatnya terus menyala nyala, saya tahu fisiknya sudah tak lagi membolehkan ia terlalu banyak berpikir dan letih.

Sedih tiap kali mendengar kesulitan yang mama hadapi di sana, apalagi kendala kendala yang mama harus selesaikan biasanya karena tidak beresnya para boss tour & travel itu mengatur rencana perjalanan Umroh untuk jamaahnya. Saya tidak ingin menuduh atau menghakimi, tapi kenyataan yang terjadi di lapangan membuktikan, banyak dari pemilik-pemilik biro perjalanan yang mengelola perjalanan ibadah tersebut, menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh para jamaah dan seringkali tidak menjalankan dengan sebaik-baiknya amanah yang dititipkan dari para jamaah, dan keluarga jamaah kepada mereka. Demi keuntungan yang lebih besar, mereka mencoba mengakali apapun, dari mulai sarana penginapan, tiket perjalanan, jenis makanan, dan lain lain sebagainya. Akibatnya, mama yang dari awal dijanjikan hanya bertugas sebagai pembimbing pada saat Ibadah, terpaksa harus turun tangan mengurus akomodasi, administrasi ataupun tiket perjalanan para jamaah.

Belum lagi apabila ada penundaan penundaan jadwal baik berangkat ataupun pulang, semata mata dikarenakan -lagi lagi para mafia itu, maaf saya terpaksa menyebutnya demikian- terlalu serakah sehingga terkadang mereka enggan mengeluarkan uang terlebih dahulu hingga semua jadwal pemberangkatan dan kepulangan masih tentative, padahal mereka sudah menjanjikan secara pasti kepada para jemaah...
Akhirnya emosi dan keluhan para Jamaah dianggap sebagai angin lalu, juga kesehatan para Jemaah yang biasanya sudah cenderung tua, tak lagi menjadi bahan pertimbangan buat mereka. Dan karena hanya mama lah satu-satunya yang dianggap merupakan perwakilan biro perjalanan itu, kerapkali mama yang menjadi sasaran kemarahan mereka.

Bundaku letih, tak lagi sanggup berada dalam situasi dan keadaan yang tak berkesudahan... Ia memutuskan pergi. Keluar untuk menenangkan diri.
Dan kini ia berangkat sendiri, dengan menitipkan diri pada tour travel yang Insya Allah amanah. Ingin menikmati Ibadah tanpa dibayang-bayangi kecemasan akan kekecewaan para jamaah yang dibimbingnya.
tanpa bayang bayang kecurangan yang semakin menyiksa batinnya...

Bunda, yang sehat ya di sana,... cepat kembali dengan selamat
rindu sekali aku ingin memijiti lenganmu dan menghilangkan letihmu ...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home